
Pantau - Amerika Serikat (AS) tetap optimis kesepakatan gencatan senjata di Gaza serta pertukaran sandera dapat dicapai "dalam beberapa pekan mendatang".
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS pada Selasa (17/12/2024) menyampaikan, upaya untuk menjembatani perbedaan terakhir antara pihak-pihak terkait masih terus berlangsung.
Berbicara kepada wartawan di Foreign Press Center, juru bicara Deplu AS, Matthew Miller, menekankan pentingnya segera mencapai kesepakatan, meski mengungkapkan kekecewaan atas berbagai hambatan yang terus muncul dalam negosiasi.
“Kami percaya bahwa saat ini kita berada di titik di mana seharusnya sudah memungkinkan untuk mencapai kesepakatan. Perbedaan antara kedua pihak benar-benar telah dipersempit sehingga perbedaan yang tersisa seharusnya bisa dijembatani,” ujar Miller, melansir Anadolu, Rabu (18/12/2024).
Baca juga:
- AS: Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Produktif Meski Masih Ada Perbedaan
- Netanyahu Tegaskan Perang Gaza Belum Berakhir
Namun, ia mengakui tantangan yang ada, sembari mengingatkan bahwa negosiasi sebelumnya juga pernah gagal meskipun tampak mendekati resolusi.
“Kita pernah berada di situasi ini sebelumnya dan belum melihat pihak-pihak terkait mencapai kesepakatan,” tambahnya.
Negosiasi di Doha Dipantau Ketat
Pada hari yang sama, Miller menyampaikan "optimisme hati-hati" terkait negosiasi yang sedang berlangsung di Doha, Qatar, untuk mengamankan kesepakatan tersebut.
Saat ini, Israel memperkirakan ada sekitar 100 warganya yang ditahan di Gaza, sementara menurut kelompok advokasi tahanan, Israel menahan lebih dari 10.000 warga Palestina di penjara-penjara mereka.
Sementara itu, kelompok Hamas menyatakan bahwa 33 tahanan Israel telah tewas akibat serangan udara Israel yang mereka sebut sembarangan.
Upaya Mediasi Hadapi Kebuntuan
Mediasi yang dipimpin AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata sejauh ini menemui kegagalan, terutama karena Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menolak menghentikan perang di Gaza.
Perang yang disebut-sebut bersifat genosida ini telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
- Penulis :
- Khalied Malvino