
Pantau - Pengadilan Thailand mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap seorang pembunuh bayaran diduga menembak mati mantan anggota oposisi Kamboja, Lim Kimya, dalam serangan brutal di kawasan lama Bangkok.
Lim Kimya (74), baru saja tiba di Thailand beberapa jam sebelum ditembak mati pada Selasa (7/1/2025) oleh seorang penembak yang menunggu dan melepaskan tiga tembakan, demikian disampaikan seorang petugas polisi yang enggan disebutkan namanya lantaran tak berwenang berbicara kepada media, melansir Reuters, Rabu (8/1/2025).
"Lim Kimya, warga negara Kamboja dan Prancis, melintasi perbatasan Thailand dari Kamboja bersama istri dan saudaranya pada Selasa (7/1/2025) siang, lalu mereka naik bus menuju Bangkok sebelum ditembak mati," bebernya.
Kepala kepolisian setempat, Kolonel Polisi Sanong Saengmanee, mengungkapkan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk seorang pengemudi ojek motor berusia 41 tahun dengan tuduhan pembunuhan berencana. Kepala polisi Bangkok, Jenderal Siam Boonsom menuturkan, penyelidikan sejauh ini menunjukkan pembunuh tersebut adalah seorang pembunuh bayaran.
"Kami sudah mengumpulkan bukti dan tahu siapa pelakunya... Saat ini, kami sedang berusaha menangkapnya," ujar Boonsom kepada wartawan.
Lim Kimya merupakan anggota Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), oposisi populer yang dibubarkan pengadilan menjelang Pemilu 2018 atas tuduhan plot pengkhianatan. CNRP menyebut, tuduhan itu direkayasa oleh Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa.
Baca juga:
- Baku Tembak di Meksiko, 10 Tewas dan 3 Polisi Terluka
- Penembakan di Konsulat Honduras Tewaskan Satu Orang
- 10 Orang Terluka akibat Penembakan Massal di Klub Malam New York City
Lim Kimya tergeletak berlumuran darah, mengenakan kaos polo biru dan celana pendek putih, sementara seorang polisi berusaha menyelamatkannya, menurut foto yang dibagikan oleh petugas medis pertama yang tiba di lokasi. Sebuah koper kecil berwarna biru tergeletak di dekatnya.
"Pihak berwenang Thailand harus segera dan menyelidiki secara menyeluruh serta menuntut mereka yang bertanggung jawab," kata Wakil Direktur Asia di Human Rights Watch (HRW), Bryony Lau.
"Pemerintah Kamboja telah mengintimidasi, mengawasi, dan menganiaya mantan anggota CNRP – termasuk mereka yang tinggal di pengasingan di Thailand," tambahnya.
Juru bicara pemerintah Kamboja, Pen Bona, menyampaikan, pembunuhan itu adalah masalah bagi otoritas Thailand sebagai negara berdaulat. Ia menyebut, pemerintah Kamboja kerap dituduh oleh "ekstremis" oposisi sebagai pihak yang ada di balik banyak tragedi serup.
Pemerintah Kamboja, yang dipimpin Partai Rakyat Kamboja (CPP) lebih dari empat dekade, telah melakukan aksi kekerasan tanpa ampun terhadap oposisi, dengan ratusan politisi dan aktivis dipenjara, banyak di antaranya tanpa kehadiran mereka di pengadilan, dan banyak lainnya melarikan diri ke pengasingan. Pemerintah menepis tuduhan tersebut.
Perlu diketahui, Lim Kimya bukanlah anggota yang menonjol dalam gerakan oposisi. Polisi menyebut pihaknya masih menyelidiki motif pembunuhannya.
- Penulis :
- Khalied Malvino