Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Israel Langgar Gencatan Senjata, Bombardir Dua Lokasi di Lebanon Selatan

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Israel Langgar Gencatan Senjata, Bombardir Dua Lokasi di Lebanon Selatan
Foto: Jet tempur Israel melanggar gencatan senjata dan menyerang dua lokasi di Lebanon selatan. (Anadolu)

Pantau - Jet tempur Israel melancarkan dua serangan udara di Lebanon selatan pada Kamis (13/2/2025), melanggar perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati kedua negara. Insiden ini dilaporkan oleh Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).

Baca juga: Dua Hari Jelang Tenggat Tarik Pasukan, Israel Invasi Lebanon Selatan

Menurut laporan NNA, serangan pertama menghantam area antara kota Deir Seryan dan Yohmor al-Shaqif di Distrik Nabatiyeh, sementara serangan kedua menargetkan lokasi antara Yater dan Zebqine di Distrik Tyre.

Dalam pernyataannya, militer Israel mengklaim serangan ini didasarkan pada informasi intelijen dari Komando Utara dan menargetkan situs militer Hizbullah yang diyakini menyimpan senjata dan peluncur roket yang mengancam keamanan Israel.

Hingga kini, Hizbullah belum memberikan tanggapan resmi terkait serangan tersebut. Meski berulang kali melanggar kesepakatan, militer Israel tetap menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata.

"Israel tetap berpegang pada kesepakatan dan akan bertindak untuk mencegah setiap upaya penguatan kembali Hizbullah," demikian pernyataan militer Israel.

Baca juga: Lima Jenazah Ditemukan, Israel Kembali Langgar Gencatan Senjata di Lebanon

Sejak gencatan senjata diberlakukan pada 27 November 2023, Lebanon telah melaporkan 930 pelanggaran oleh Israel, yang menewaskan 73 orang dan melukai 265 lainnya.

Menurut data terbaru, operasi militer Israel di Lebanon mengakibatkan 4.104 korban tewas dan 16.890 korban luka, termasuk perempuan dan anak-anak, serta membuat sekitar 1,4 juta orang mengungsi sejak Oktober 2023.

Seiring meningkatnya ketegangan, Israel juga memberi sinyal penundaan lebih lanjut dalam penarikan pasukan dari Lebanon, yang seharusnya selesai pada 26 Januari 2025, namun diperpanjang hingga 18 Februari 2025.

Pernyataan terbaru dari militer Israel menyebutkan mereka akan kembali memperpanjang periode implementasi perjanjian, menambah ketidakpastian di kawasan yang sudah bergejolak.

Sumber: Anadolu

Penulis :
Khalied Malvino