Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

5 Kebiasaan yang akan Membuat Kita Lebih Santai dan Gak Overthinking

Oleh Firdha Riris
SHARE   :

5 Kebiasaan yang akan Membuat Kita Lebih Santai dan Gak Overthinking
Foto: Ilustrasi overthinking (pexels.com/@energepic-com-27411/)

Pantau - Overthinking adalah hal yang banyak menghantui pikiran kita. Menimbulkan rasa khawatir dan terus menerus melakukan penilaian diri sendiri secara berlebihan.

Tentunya kita semua sangat membutuhkan ketenangan batin, beberapa orang melakukannya dengan cara menyalakan wewangian dan mandi, atau sekedar menonton tayangan favorit selama beberapa jam, atau bahkan tidur.

Sejatinya, tidak ada perbaikan cepat untuk mendapatkan ketenangan pikiran karena hal ini bukan sesuatu yang bisa dibeli atau dikehendaki untuk terwujud dalam sekejap.

Jika menginginkan ketenangan pikiran, kita harus membangun kebiasaan berpikir yang lebih baik. Mereka yang berhasil menciptakan pikiran yang lebih tenang dan damai akan mencapainya secara perlahan-lahan melalui perubahan kecil yang konsisten, terutama pada kebiasaan berpikir mereka.

Terdapat kebiasaan-kebiasaan kecil yang akan membantu kita untuk mendapatkan ketenangan pikiran, membuat kita lebih santai dan tidak banyak overthinking. Dilansir YourTango, berikut adalah lima kebiasaan yang bisa diterapkan untuk mengurangi overthinking:

Kurang meditasi, perbanyak perhatian biasa

Meditasi memang dikenal baik dan mungkin akan membantu kita mencapai pikiran yang lebih tenang dan damai. Namun, kita juga perlu kewaspadaan yang jauh lebih sederhana. Ini dapat berarti menjaga perhatian kita pada saat ini, bukan pada masa lalu atau masa depan.

Karena pikiran akan menjadi  kacau dan bergejolak ketika terombang-ambing antara kesalahan dan penyesalan masa lalu serta kekhawatiran dan ketakutan di masa depan.

Menurunkan ekspektasi

Dengan membedakan harapan dan ekspektasi akan sangat membantu. Karena yang satu cenderung mendatangkan malapetaka pada ketenangan pikiran kita sementara yang lain tidak.

Jika kita mempunyai ekspektasi yang terus-menerus, banyak ekspektasi yang pasti akan berakhir dengan kekecewaan. Yang pada akhirnya hanya membuat kita frustasi, marah, kecewa, bingung, dan lain lain.

Oleh karena itu, jika ingin mendapatkan pikiran yang damai, berhentilah menaruh ekspektasi pada orang lain dan pada apa yang akan terjadi pada diri kita. Sadarilah bahwa ini hanyalah sebuah mekanisme pertahanan melawan kecemasan yang melekat dalam hidup.

Menjadwalkan kekhawatiran

Ini mungkin terdengar aneh. Namun pilihlah waktu tertentu dan cobalah duduk di tempat yang tenang dengan buku catatan dan pena. Setelah itu, mulailah mencatat setiap kekhawatiran-kekhawatiran atau ketakutan yang biasa melintas dalam pikiran kita.

Karena, begitu pikiran kita mengetahui bahwa ada waktu dan tempat khusus dimana kita bisa mengakui dan mencatat hal-hal yang dikhawatirkan, pikiran itu akan berhenti mengganggu kita. Dan dengan demikian, pikiran kita akan menjadi lebih tenang, tentram, dan damai.

Buatlah buku harian tentang cinta pada diri sendiri

Pada dasarnya, kita tidak bisa memiliki pikiran yang damai jika kita selalu bersikap buruk pada diri sendiri. Salah satu penyebab kita tidak mencintai diri sendiri adalah kegagalan, ekspektasi akan kehidupan yang tidak terpenuhi. Hal ini membuat pikiran kita sama sekali tidak damai dan kita banyak bersikap keras serta menyalahkan diri sendiri.

Dan cara untuk mengatasinya adalah dengan mencintai diri sendiri. Maka dari itu, salah satu cara terbaik adalah dengan membuat buku harian yang menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri.

Mengejar apa yang kita inginkan

Sumber utama tekanan dan ketegangan mental berasal dari kesenjangan antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita lakukan. Karena pada dasarnya, banyak dari kita yang memiliki banyak ketakutan dan rasa tidak aman yang menghalangi kita untuk meminta atau mengejar apa yang kita inginkan.

Maka dari itu, salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan pikiran yang lebih damai adalah dengan menutup kesenjangan antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita lakukan.

(Laporan: Latisha Asharani)

Penulis :
Firdha Riris
Editor :
Muhammad Rodhi