Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Mengungkap Sisi Psikologis di Balik Kasus Tabrakan Mahasiswi dan Ibu Rumah Tangga di Pekanbaru

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Mengungkap Sisi Psikologis di Balik Kasus Tabrakan Mahasiswi dan Ibu Rumah Tangga di Pekanbaru
Foto: Konferensi Pers Kasus Mahasiswi Tabrak IRT di Pekanbaru/ANTARA

Pantau - Mahasiswi Pekanbaru bernama Marisa Putri jadi obrolan hangat masyarakat di media sosial lantaran telah menabrak seorang ibu bernama Renti Marningsih di Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru pada Sabtu (03/08). 

Tak hanya itu, Marisa lagi-lagi jadi topik hangat karena ekspresi santai yang dia tunjukkan setelah kecelakaan tersebut. 

“Pada malam itu dia diajak oleh temannya inisial O dan T (DPO) untuk karaoke di Sago KTV. Setiba di sana yang bersangkutan ditawarkan narkoba jenis inek (ekstasi) oleh T sebanyak setengah butir. Ketiganya berada di KTV tersebut sampai pukul 05.00 WIB. Selama di sana dia mengonsumsi miras dan narkoba jenis inek,” ujar Kapolresta Pekanbaru Kombes Jeki Rahmat Mustika melalui beritasatu.com pada Senin, (05/08).

Baca juga: Mahasiswi Tabrak IRT hingga Tewas di Pekanbaru Tukar Urine dengan Air saat Dites

Sementara kronologi yang dikutip pada laman kompas.com menjelaskan bahwa sebenarnya setelah Marisa menemui kedua temannya dan mengonsumsi narkoba, Marisa berpindah klub malam dan mengonsumsi alkohol hingga klub tersebut tutup pada pukul 04.00 WIB. Setelahnya pada pukul 05.45 WIB Marisa sampai di TKP dan mengalami kecelakaan. 

"Saya tidak sadar dan tidak sengaja menabrak korban dan saya sangat menyesal sekali atas kelakuan saya," ungkapan pelaku yang dikutip pada laman kompas.com. 

Dari ungkapan korban, kita bisa memahami fakta menarik, bahwa Marisa berada pada kondisi tidak sadar, sebagai efek minuman beralkohol dan narkoba yang ia konsumsi sebelumnya. Selain itu, pengakuan dari beberapa saksi yang ada di tempat kecelakaan, pelaku baru menyadari dirinya telah menabrak seseorang, setelah beberapa ojek online mengejar Marisa. 

Baca juga: Eksploitasi Karyawan dalam Perspektif Psikologi: Dampak Psikologis dan Solusi

Pada kasus Marisa, kita dapat mengulik lebih jauh terkait kepribadian Marisa berdasarkan pengakuan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Menurut tetangga-tetangga Marisa, Marisa merupakan seseorang yang tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga.

Ketua RT setempat menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah melihat secara langsung Marisa. Bahkan Marisa sendiri melaporkan kepindahannya di huniannya saat ini dengan Ketua RT hanya melalui telepon.

Dari pernyataan di atas, mungkin kita bisa menduga kalau Marisa adalah seseorang yang tertutup dan tidak mudah bergaul dengan orang baru. Kemudian, fakta bahwa Marisa mengonsumsi narkoba dan minuman beralkohol bisa diartikan sebagai bentuk melepaskan beban-beban pikirannya, karena dirinya tidak memiliki seseorang untuk mendengarkan ceritanya.

Baca juga: Fakta-Fakta Mahasiswi di Pekanbaru Tabrak IRT hingga Tewas

Lalu jika lihat dari sisi yang lain, Marisa memiliki teman-teman dengan pergaulan yang tidak terkontrol, contohnya saat kedua temannya menawari Marisa narkoba jenis Inek (Ekstasi). Secara tidak langsung, pergaulan bebas yang dilakukan oleh teman-temannya, ikut mempengaruhi Marisa. 

"Oleh karenanya remaja lebih mudah terpengaruh dampak buruk lingkungan, seperti kekerasan, penggunaan narkoba atau seks bebas. Remaja juga mengalami krisis identitas, dibilang dewasa belum, anak-anak juga tidak," Ucap Fransiska, SpKJ, Division of Child and Adolescent Psychiatry Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang dikutip dalam laman beritasatu.com. 

Seperti yang disampaikan Dokter Fransiska, memang pada banyak kasus pergaulan pada anak remaja sangat memengaruhi sikap atau sifat sehari-hari seorang remaja. Menjaga pergaulan remaja sendiri nyatanya tidak selalu gampang, terutama saat anak jauh lebih mendengarkan apapun yang disampaikan oleh teman-temannya. 

Hirschi dalam Titisari (2017) menyampaikan pendapatnya bahwa seorang remaja juga dapat melakukan pergaulan bebas, saat dirinya tidak memiliki kontrol diri yang baik. Saat remaja tidak bisa mengontrol dirinya dengan baik, bisa menyebabkan perilakunya jadi labil dan mudah untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang. 

Baca juga: Polisi Buru Teman Pesta Narkoba Mahasiswi Tabrak IRT di Pekanbaru

Komariah (2015) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa pergaulan bebas, seperti penyelahgunaan narkoba, tawuran, atau semacamnya bisa terjadi karena gaya hidup remaja yang tidak sehat. 

Dalam hal ini, peran orang tua dalam memberikan pemahaman dan kontrol yang baik kepada anak menjadi sangat penting atau bisa dibilang menjadi titik penting dalam mencegah pergaulan bebas. Taher (2021) menyampaikan bahwa orang tua berperan dalam pembentukan karakter dan perkembangan kepribadian anak.

Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam membangun karakteristik yang baik bagi anak. Kemudian, diharapkan orang tua mampu memberikan waktu lebih untuk anak dan mengontrol anak pada porsi yang tepat menjadi tanggungjawab utama orang tua dalam membangun karakteristik anak yang baik. Hal tersebut, diharapkan menjadi upaya orang tua untuk dapat memastikan anak tidak melakukan penyimpangan.

Laporan: Andea Muhammad Abhista Andikaputra

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani