billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Menakar Potensi Kualitas Udara Jakarta, Mitigasi dan Adaptasi

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Menakar Potensi Kualitas Udara Jakarta, Mitigasi dan Adaptasi
Foto: Suasana Monas tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). ANTARA/Akbar Nugroho Gumay/foc.

Pantau - Polusi udara merupakan gabungan partikel padat, tetesan cairan, serta gas. Polusi dapat dari berbagai sumber, daerah kota besar seperti Jakarta penghasil polutan terbanyak ada pada kendaraan dan juga limbah pabrik. Berdasarkan data yang didapatkan dari ERI Korlantas Polri, pada bulan Mei mencatat ada 23 juta unit kendaraan yang terdaftar berada di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Kondisi ini tentu memberikan dampak signifikan bagi kualitas udara di Jakarta, isu kualitas udara di Jakarta sudah menjadi sesuatu hal yang lumrah bagi masyarakat sekitar, banyak dari mereka masih acuh dengan keadaan tersebut dan menganggap hal tersebut tidak begitu berpengaruh bagi sebagian masyarakat Jakarta. Padahal, ada dampak jangka panjang yang terjadi ketika membiarkan terus menerus menghirup udara yang tidak sehat, seperti penyakit Infeksi saluran pernafasan (ISPA), stroke, kanker paru-paru, dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOK).

Kualitas udara yang buruk dapat memberikan dampak berkelanjutan, penelitian baru menunjukkan adanya hubungan antara paparan prenatal dengan kualitas udara tingkat tinggi dan keterlambatan perkembangan pada usia balita, serta masalah psikologi dan emosi dikemudian hari. Termasuk gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, kecemasan, dan depresi.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia, Warga Diimbau Pakai Masker

Pedoman Kualitas Udara WHO

Pedoman kualitas udara WHO merupakan serangkaian rekomendasi berbasis bukti mengenai nilai batas untuk polutan tertentu yang berkembang, hal tersebut dilakukan untuk membantu negara-negara mencapai kualitas udara yang dapat melindungi kesehatan masyarakat.

Serangkaian masalah kualitas udara Jakarta seperti tidak ada habisnya topik tersebut terus menjadi perbincangan berbagai linimasa, karena kondisi tersebut terus mengkhawatirkan bahkan berdasarkan sumber data situs pemantauan Jakarta Indeks Udara (AQI) pada hari selasa pukul 07:15, polusi udara Jakarta menyentuh PM2.5, dan nilai konsentrasi 54,5 mikrogram per meter kubik berada pada angka 129, keadaan ini masuk dalam kategori tidak sehat, sedangkan konsentrasi ambang batas yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) 60 μg/m3 dengan rentan PM2,5 sebesar 51-100. 

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta merilis website pemantau kualitas udara, Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), yang tersebar di 31 titik wilayah kota Jakarta. Hal tersebut dimaksudkan untuk warga Jakarta agar selalu memantau tren dan perubahan kualitas udara, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan menggunakan masker dan pakaian yang tertutup, sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit yang mengganggu pernafasan.

Baca juga: Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Tak Sehat, Masyarakat Diminta Pakai Masker

Solusi untuk Udara Jakarta

Berbagai kerjasama dilakukan dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, BRIN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Polda Metro Jaya, kerja sama tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah kualitas udara yang tidak pernah usai.

Memasuki musim kemarau, kualitas buruk udara Jakarta diprediksi akan terus meningkat. Selain asap pabrik dan kendaraan,  panas sinar matahari juga berperan dalam memperburuk kualitas udara, berbagai kebijakan komprehensif telah dilakukan oleh dinas DKI Jakarta diantaranya yaitu memasang teknologi water mist generator atau pompa air bertekanan tinggi di gedung pencakar langit. Cara kerjanya yaitu dengan menyemprotkan kabut halus dan membasahi area sekitar, butiran tersebut akan meleburkan partikel polutan penyebab polusi udara. 

Selain menggunakan teknologi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh individu, sebab permasalahan udara bukan hanya kewajiban pemerintah saja melainkan berbagai elemen masyarakat. Diantaranya yaitu membuka lahan hijau bagi setiap rumah yaitu dengan menanam pohon, sebab keberadaan pohon juga dapat membantu menyaring berbagai polutan.

Laporan: Bayu Aji Pamungkas

Penulis :
Latisha Asharani