
Pantau - Di era modern yang serba cepat, tekanan untuk terus produktif semakin meningkat. Banyak orang beranggapan bahwa semakin sibuk mereka, semakin besar peluang meraih kesuksesan.
Sayangnya, pola pikir seperti ini justru dapat memicu toxic productivity, yakni kondisi di mana seseorang merasa harus terus bekerja tanpa henti, meskipun tubuh dan pikirannya sudah lelah.
Jika dibiarkan, toxic productivity dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, serta menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Apa Itu Toxic Productivity?
Dikutip Antara, Minggu (16/3/2025), Toxic productivity adalah keadaan di mana seseorang merasa harus selalu aktif dan produktif tanpa henti, bahkan ketika tubuh dan pikirannya sudah membutuhkan istirahat.
Orang yang mengalami kondisi ini cenderung merasa bersalah ketika tidak melakukan hal yang dianggap "bermanfaat," meskipun sebenarnya mereka membutuhkan waktu untuk beristirahat.
Dalam kehidupan sehari-hari, toxic productivity sering kali muncul sebagai dorongan untuk terus bekerja demi hasil maksimal. Seseorang bisa merasa harus selalu sibuk, menyelesaikan tugas secepat mungkin, atau terus mengembangkan diri tanpa memberi kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk beristirahat.
Tekanan ini dapat muncul dari ekspektasi pribadi, lingkungan sekitar, tuntutan pekerjaan, atau bahkan pengaruh media sosial yang sering kali hanya menampilkan kesuksesan tanpa memperlihatkan tantangan di baliknya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Toxic Positivity hingga Dampaknya bagi Kesehatan Mental
Ciri-Ciri Toxic Productivity
- Selalu ingin sibuk – Merasa bersalah jika tidak sedang bekerja atau belajar.
- Sulit beristirahat – Merasa gelisah atau tidak nyaman saat mengambil jeda dari aktivitas produktif.
- Hilangnya keseimbangan hidup – Terlalu fokus pada pekerjaan hingga mengabaikan kesehatan dan hubungan sosial.
- Takut tertinggal dari orang lain – Khawatir dianggap kurang produktif dibandingkan teman atau rekan kerja.
- Tidak pernah puas dengan hasil sendiri – Selalu merasa kurang meskipun sudah berusaha keras.
Sebuah penelitian dari Journal of Occupational Health Psychology menunjukkan bahwa toxic productivity dapat menyebabkan kelelahan mental, meningkatnya stres, serta penurunan kualitas hidup akibat kurangnya waktu istirahat yang cukup.
Baca juga: 6 Tanda Kamu Orang Toxic Tanpa Disadari, Cek Sekarang!
Cara Mengatasi Toxic Productivity
- Sadari pola pikir yang tidak sehat – Refleksikan apakah produktivitas yang Anda kejar benar-benar memberikan manfaat atau justru merugikan kesehatan fisik dan mental.
- Tetapkan prioritas dan kelola waktu dengan baik – Gunakan metode seperti Eisenhower Matrix untuk menentukan tugas yang benar-benar penting.
- Luangkan waktu untuk bersantai – Beri jeda dalam rutinitas dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti membaca, berjalan-jalan, atau menghabiskan waktu dengan teman.
- Kurangi paparan media sosial – Hindari tekanan sosial yang membuat Anda merasa harus selalu produktif.
- Cari bantuan profesional jika diperlukan – Jika toxic productivity mulai berdampak serius pada kesehatan mental, berkonsultasilah dengan psikolog atau konselor untuk mendapatkan dukungan yang tepat.
Baca juga: 5 Cara Menghadapi Rekan Kerja Toxic
Produktivitas yang sehat adalah yang tetap menjaga keseimbangan hidup. Terus bekerja tanpa henti tidak selalu membawa kesuksesan, justru bisa berujung pada kelelahan dan ketidakbahagiaan. Dengan memahami tanda-tanda toxic productivity dan menerapkan strategi yang tepat, kita dapat tetap produktif tanpa mengorbankan kesejahteraan diri sendiri.
- Penulis :
- Nur Nasya Dalila









