Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Otorita Ibu Kota Nusantara Berkolaborasi dengan Sektor Swasta Dukung Pembangunan Rendah Karbon

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Otorita Ibu Kota Nusantara Berkolaborasi dengan Sektor Swasta Dukung Pembangunan Rendah Karbon
Foto: Desain Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN Nusantara - tangkap layar

Pantau - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) berkolaborasi dengan sektor swasta mendukung pembangunan rendah karbon. Hal itu diungkap oleh Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam OIKN, Myrna Asnawati Safitri dalam diskusi bertajuk Transforming to Inclusive Green Economy Development Framework Towards Net Zero Emissions di Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-28 (COP28).

"Saat ini kami tengah bekerja sama dengan beberapa organisasi swasta secara khusus untuk mencapai target reforestasi di Nusantara," kata Myrna seperti dalam keterangannya, di Dubai, Uni Emirat Arab, Senin sore (4/12) waktu setempat.

Dijelaskan Myrna bahwa dalam beberapa waktu ke depan akan dilakukan peluncuran proyek kerja sama antara Nusantara dan sejumlah sektor swasta yang berfokus pada pembangunan hijau.

“Kami sangat menyambut partisipasi pihak swasta dalam mengembangkannya bersama kami sehubungan beberapa objektif terkait sektor-sektor yang sudah disebutkan dalam pembangunan rendah karbon," tuturnya.

Beberapa sektor itu termasuk kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Use/FOLU), agrikultur, energi pengelolaan sampah dan industri.

IKN saat ini tengah melakukan diskusi dengan beberapa investor swasta terkait pengelolaan sampah dan limbah di Nusantara.

Semua langkah itu dilakukan berdasarkan Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC), sebuah dokumen peta jalan yang menjabarkan langkah-langkah Nusantara menjadi kota nol emisi karbon pada 2045.

Dokumen itu sendiri telah diluncurkan di sela-sela COP28 pada Minggu kemarin (3/12). Dengan salah satu isi dari dokumen itu menekankan target pengurangan emisi menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045 dan target lebih ambisius tertuang dalam skenario kedua adalah emisi dapat dikurangi lebih jauh mencapai -1,6 MtCO2.

Target itu akan dicapai dengan beberapa langkah termasuk upaya reforestasi lahan terdegradasi, penggunaan sumber listrik terbarukan serta praktik agrikultur yang berkelanjutan.

Sementara itu dalam diskusi yang sama, Managing Director Head of Climate Change Finance HSBC Asia Pacific Justin Wu melihat peluang Indonesia ke depannya dari kaca mata pertumbuhan ekonomi.

“Saya sangat setuju dengan hal itu, karena, dalam beberapa hal, kalau dipikir-pikir, kan, kami sendiri dan banyak bank lain membiayai pembangunan. Pertumbuhan ekonomi mengesankan yang dicapai di Indonesia merupakan hasil pembangunan dan pendanaan yang cukup besar." ucap Justin Wu.

"Kami sendiri dan banyak bank lain juga membiayai pembangunan di Indonesia selama empat sampai lima dekade terakhir. Sekarang, dalam 30 atau 40 tahun ke depan ketika kita perlu mencapai net zero, kita perlu mencapai ekonomi Net Zero." tambahnya.

Dalam penjelasannya, Justin Wu juga menyampaikan ketertarikan pihak swasta melihat daya saing dari Indonesia sehingga bisa berinvestasi.

"Daya saing Indonesia menarik pendanaan swasta. Maksud saya, selalu ada persaingan kutipan tanpa tanda kutip antar negara, tetapi menurut saya ini bukan semacam kompetisi terkait Net Zero. Ini bisa menjadi satu hal yang bagus." pungkasnya.

Penulis :
Sofian Faiq