billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Petrokimia Gresik Genjot Hilirisasi Sulfur untuk Kemandirian Industri Kimia dan Kemajuan Pertanian

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Petrokimia Gresik Genjot Hilirisasi Sulfur untuk Kemandirian Industri Kimia dan Kemajuan Pertanian
Foto: Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo (sumber: Petrokimia Gresik)

Pantau - Petrokimia Gresik sebagai salah satu pengolah sulfur di Indonesia berkomitmen memperkuat hilirisasi untuk mendukung kemandirian industri kimia nasional dan kemajuan pertanian di dalam negeri.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo menyebutkan bahwa permintaan sulfur di Indonesia terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian, ekspansi industri logam dan mineral, serta tingginya ketergantungan terhadap impor karena terbatasnya pasokan sulfur domestik.

"Di antara banyak bahan baku, sulfur tampak sebagai komponen yang kecil secara visual, namun dampaknya sangat besar terhadap keberlangsungan proses produksi bagi Petrokimia Gresik," ujar Dwi Satriyo Annurogo.

Sulfur menjadi bahan baku penting di industri pupuk dan diolah menjadi asam sulfat, komponen kunci untuk produksi phosphoric acid.

Phosphoric acid menjadi basis untuk produksi pupuk fosfat, termasuk NPK Phonska, pupuk fosfat, kalium sulfat, dan amonium sulfat.

Petrokimia Gresik mengoperasikan fasilitas produksi asam sulfat dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun, menjadikannya salah satu produsen asam sulfat terbesar di dalam negeri.

Sulfur adalah unsur hara makro esensial yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang optimal.

Kekurangan sulfur dapat menyebabkan gejala klorosis pada daun muda, pertumbuhan terhambat, dan kematangan yang tertunda.

Fungsi utama sulfur pada tanaman adalah meningkatkan pembentukan klorofil dan mendukung proses fotosintesis.

Selain itu, sulfur membantu pembentukan protein dan enzim penting dalam metabolisme tanaman, meningkatkan efisiensi nitrogen, ketahanan terhadap stres abiotik dan biotik, serta memperkuat aroma dan rasa tanaman, khususnya hortikultura seperti bawang dan sayuran daun.

"Dengan peran vital tersebut, ketersediaan sulfur dalam tanah perlu dijaga, baik melalui pemupukan yang tepat maupun pengelolaan lahan yang baik," ujar Dwi Satriyo.

Hilirisasi sulfur yang dilakukan Petrokimia Gresik tidak hanya bermanfaat bagi kemajuan pertanian Indonesia, tetapi juga mendorong kemandirian industri kimia nasional.

Sulfur dioptimalkan sebagai bahan baku pembuatan gypsum dan purified gypsum untuk mendukung industri semen.

Sulfur juga diolah untuk pengembangan produk kimia bernilai tambah seperti Methyl Ester Sulfonate (MES), surfaktan hijau untuk industri migas dan deterjen.

Selain itu, sulfur menjadi bahan baku Dissodium Sulphate yang digunakan dalam industri kertas, tekstil, dan pulp.

Petrokimia Gresik menjadi pelopor dalam produksi green surfactant berbasis MES yang ramah lingkungan dan mendukung hilirisasi berbasis sulfur.

Proses hilirisasi ini menghubungkan sektor pertanian dan industri secara strategis.

"Petrokimia Gresik berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan sulfur. Komitmen ini menjadi dukungan nyata Petrokimia Gresik dalam mewujudkan kemajuan pertanian Indonesia dan juga kemandirian industri nasional," kata Dwi Satriyo.

Penulis :
Arian Mesa