
Pantau - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang digelar pada 20–21 Mei 2025 memutuskan menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) menjadi 5,50 persen guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Komarudin, menyatakan dukungannya terhadap kebijakan tersebut dan berharap penurunan BI-Rate dapat segera diikuti oleh turunnya suku bunga kredit.
Menurut Puteri, penurunan suku bunga kredit sangat penting agar penyaluran dan permintaan kredit meningkat, yang pada akhirnya akan menggeliatkan aktivitas ekonomi nasional.
Dorongan Transmisi Kebijakan dan Pertumbuhan Kredit
Puteri menyoroti data pertumbuhan kredit pada Maret 2025 yang tercatat melambat menjadi 9,16 persen year-on-year.
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit yang optimal akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Untuk itu, Puteri mendorong Bank Indonesia untuk terus bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) guna memastikan transmisi kebijakan penurunan suku bunga acuan benar-benar sampai ke sektor perbankan.
Ia menekankan bahwa dampak kebijakan ini terhadap pertumbuhan kredit memang tidak instan, dengan estimasi waktu transmisi sekitar satu tahun.
Dengan jeda waktu tersebut, menurutnya, penting bagi BI dan OJK untuk mengawal agar kebijakan tersebut direspons dengan penyesuaian suku bunga kredit oleh industri perbankan.
Dukungan terhadap Inovasi QRIS Tap dan Lintas Negara
Selain isu moneter, Puteri juga mengapresiasi inovasi digitalisasi pembayaran dari BI melalui fitur QRIS Tap, yang memungkinkan pembayaran hanya dengan mendekatkan ponsel ke mesin tanpa memindai kode QR.
Inovasi ini telah diuji coba di destinasi wisata prioritas seperti Borobudur, Danau Toba, dan Labuan Bajo.
Puteri mendorong agar QRIS Tap segera diuji coba dan diterapkan di Pulau Bali untuk menunjang kenyamanan transaksi wisatawan domestik dan mancanegara.
Ia juga menyatakan dukungannya terhadap rencana perluasan QRIS lintas negara yang akan mencakup Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, Tiongkok, dan Indonesia.
Puteri menyarankan agar Bank Indonesia juga mengkaji kemungkinan kerja sama QRIS lintas negara dengan Australia.
Menurutnya, hal ini penting karena wisatawan asal Australia mendominasi kunjungan wisata asing ke Bali, mencapai 23 persen dari total kunjungan.
Ia berharap kemudahan transaksi melalui QRIS lintas negara akan semakin mendukung kenyamanan dan kepuasan wisatawan, serta memperkuat sektor pariwisata nasional.
- Penulis :
- Balian Godfrey