Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

India Tolak Peringatan NATO soal Ancaman Sanksi AS Jika Terus Berdagang dengan Rusia

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

India Tolak Peringatan NATO soal Ancaman Sanksi AS Jika Terus Berdagang dengan Rusia
Foto: (Sumber: (Kiri ke kanan) Menlu Rusia Sergey Lavrov, Presiden UAE Sheikh Mohamed bid Zayed al-Nahyan, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Etiopia Abiy Ahmed, PM Mesir Mostafa Madbouly dan Menlu Iran Abbas Araghchi berfoto bersama dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025). (ANTARA FOTO/HO/Biro Pers-Muchlis jr/wpa/foc.)

Pantau - Pemerintah India pada Kamis, 17 Juli 2025, menepis peringatan dari Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte terkait potensi sanksi sekunder Amerika Serikat terhadap negara-negara seperti India, China, dan Brasil jika tetap menjalin hubungan dagang dengan Rusia.

Dalam konferensi pers di New Delhi, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, menegaskan bahwa keamanan energi nasional adalah prioritas utama negaranya.

"Kami telah melihat laporan mengenai hal ini dan terus memantau perkembangannya... mengamankan kebutuhan energi rakyat kami tentu saja merupakan prioritas utama bagi kami", ungkap Jaiswal.

Ia juga menambahkan bahwa India akan terus mengambil keputusan berdasarkan kondisi pasar dan dinamika global yang sedang berlangsung.

"Dalam upaya ini, kami berpedoman pada apa yang ditawarkan di pasar dan kondisi global yang berlaku", tambahnya.

India Peringatkan Bahaya Standar Ganda

Lebih lanjut, Jaiswal menyampaikan peringatan agar tidak menerapkan standar ganda dalam menanggapi kebijakan luar negeri dan perdagangan negara-negara berkembang.

" Kami secara khusus memperingatkan agar tidak menerapkan standar ganda dalam masalah ini", katanya.

Pernyataan India ini muncul setelah Mark Rutte menyampaikan komentar kepada wartawan usai bertemu Presiden AS Donald Trump pada awal pekan.

Menurut Rutte, Trump menyatakan bahwa jika Rusia tidak menunjukkan keseriusan dalam perundingan damai terkait perang Ukraina, maka dalam 50 hari ia akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara mitra dagang utama Rusia seperti India, China, dan Brasil.

China Juga Menolak Ancaman Sanksi

Sebelumnya, pada Rabu, 16 Juli 2025, pemerintah Tiongkok juga secara terbuka menolak peringatan dari Mark Rutte.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing menyatakan bahwa solusi terbaik bagi krisis Ukraina adalah penyelesaian damai.

"Dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis (Ukraina)", tegas Lin Jian.

Ia juga menegaskan penolakan China terhadap sanksi sepihak dan tindakan koersif lainnya.

"China menentang sanksi sepihak dan yurisdiksi jangka panjang. Perang tarif tidak memiliki pemenang (dan) paksaan serta tekanan tidak akan menghasilkan apa-apa", ujarnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti