billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ketua Komisi VII DPR: Penurunan Tarif AS Harus Jadi Momentum Ekspansi Industri Tekstil Nasional

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Ketua Komisi VII DPR: Penurunan Tarif AS Harus Jadi Momentum Ekspansi Industri Tekstil Nasional
Foto: (Sumber: Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay bersama tim saat kunjungan kerja spesifik di Bandung, Jawa Barat, Senin (21/7/2025). Foto: Galuh/vel)

Pantau - Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, menilai penurunan tarif dagang Amerika Serikat terhadap produk tekstil Indonesia menjadi 19 persen harus dimanfaatkan sebagai momentum strategis untuk memperluas ekspor dan meningkatkan daya saing industri tekstil nasional.

Saleh menyebut bahwa kebijakan tersebut membuka peluang besar bagi pelaku usaha tekstil Indonesia untuk memperluas pasar ekspor, khususnya ke Amerika Serikat.

Ia menegaskan bahwa meskipun produk tekstil dari Amerika masuk ke pasar domestik, harganya tetap tidak kompetitif karena biaya produksi, termasuk tenaga kerja di Amerika, jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

"Konsumen tetap akan memilih produk lokal yang lebih terjangkau," ujarnya.

Tiongkok Jadi Ancaman Serius, Indonesia Harus Jadi Pemain

Justru yang lebih perlu diwaspadai, menurut Saleh, adalah produk tekstil dari Tiongkok yang masuk dengan harga sangat murah dan dalam jumlah besar, sehingga dapat membahayakan kelangsungan industri dalam negeri.

Ia menekankan bahwa Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar bagi produk asing, melainkan harus menjadi pemain aktif di pasar global.

"Era perdagangan bebas tidak bisa dihindari. Karena itu, kita harus meningkatkan kualitas dan volume produksi agar bisa bersaing di pasar internasional," tegas Saleh.

Ia juga mendorong agar Indonesia tidak hanya menjadi pembeli, tetapi juga penjual produk di pasar dunia.

Kebijakan Afirmasi Dibutuhkan, Pemerintah Harus Hadir

Menurut Saleh, penurunan tarif dari Amerika Serikat sejalan dengan terbukanya akses pasar lainnya seperti Uni Eropa, terutama dengan adanya kebijakan visa multi-entry bagi warga Indonesia.

Namun, ia mengingatkan bahwa kesempatan ini harus diimbangi dengan kehadiran nyata dari pemerintah melalui kebijakan afirmatif yang mendukung perluasan dan ekspansi industri tekstil nasional.

"Isu ini bukan hanya soal tarif, tetapi soal kebijakan. Pemerintah harus hadir dan berpihak agar produk Indonesia mampu menembus pasar global secara berkelanjutan," ujarnya menutup pernyataan.

x

Penulis :
Aditya Yohan