
Pantau - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) mengalokasikan anggaran sebesar Rp5 miliar untuk mendukung program penanganan tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu prioritas kesehatan nasional.
Dukungan dari Pemerintah Daerah dan Pusat
Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, menjelaskan bahwa dana tersebut bersumber dari Belanja Tak Terduga (BTT) APBD tahun anggaran 2025 dan akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Ansar menegaskan bahwa penanganan TBC merupakan bagian dari instruksi Presiden Prabowo Subianto, yang menetapkan TBC sebagai agenda strategis nasional bersama Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Ini bukan sekadar program, tetapi juga wujud nyata kehadiran negara dalam menjamin kesehatan masyarakat,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa seluruh kepala daerah, baik gubernur maupun bupati dan wali kota, diminta turun langsung memastikan program ini berjalan dengan baik demi mendukung target eliminasi TBC pada tahun 2030.
Ansar menyebut, koordinasi dengan pemerintah kabupaten dan kota di Kepri akan diperkuat agar penanganan TBC menjadi fokus utama sektor kesehatan di wilayah tersebut.
Penguatan Deteksi dan Kapasitas Kader TBC
Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Bisri, mengungkapkan bahwa kebutuhan total anggaran penanganan TBC di provinsi tersebut mencapai Rp12 miliar.
Dari jumlah itu, Pemprov Kepri menanggung Rp5 miliar, sementara Rp7 miliar sisanya berasal dari tujuh kabupaten dan kota di Kepri.
Anggaran tersebut akan digunakan untuk pengadaan alat skrining TBC serta peningkatan kapasitas kader TBC di lapangan.
“Kami akan menambah 5.000 cartridge tes cepat molekuler (TCM), memperkuat kapasitas kader, serta mewajibkan skrining TBC bagi ASN dan tenaga kerja setiap enam bulan agar penemuan kasus semakin masif dan pengendalian bisa lebih terukur,” jelas Bisri.
Ia menambahkan bahwa Pemprov Kepri telah membentuk Tim Percepatan Penanggulangan TBC sejak tahun 2022, namun masih menghadapi kendala berupa keterbatasan cartridge TCM, minimnya mesin X-ray portable, serta belum optimalnya peran kader TBC di lapangan.
“TBC masih menjadi ancaman serius. Setiap tahun sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat penyakit ini. Oleh karena itu, kita di Kepri harus bekerja lebih keras agar target eliminasi tahun 2030 bisa tercapai,” ujarnya.
Upaya deteksi dini akan terus diperkuat, baik melalui skrining aktif maupun pasif, dengan memanfaatkan teknologi medis seperti tes cepat molekuler, pemeriksaan dahak, dan rontgen dada.
Pada September 2025, kegiatan skrining aktif menggunakan X-ray portable di Bintan dan Tanjungpinang berhasil menjaring lebih dari 1.000 orang, dengan puluhan di antaranya terindikasi TBC.
“Upaya serupa juga digelar di Batam dengan melibatkan organisasi profesi dan kegiatan pengabdian masyarakat,” tambah Bisri.
Program ini diharapkan dapat mempercepat deteksi, pengendalian, dan eliminasi TBC di Kepulauan Riau sebelum tahun 2030.
- Penulis :
- Arian Mesa