billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Miris! Menag Soroti Gaji Guru Ngaji Hanya Rp100 Ribu per Bulan

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Miris! Menag Soroti Gaji Guru Ngaji Hanya Rp100 Ribu per Bulan
Foto: Ilustrasi guru ngaji. (foto: Dompet Dhuafa)

Pantau - Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, menyoroti dua tantangan utama dalam pembinaan literasi keagamaan di Indonesia, yakni tingginya angka buta huruf Al-Qur’an dan rendahnya kesejahteraan guru mengaji. 

Hal ini disampaikan saat meninjau Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) Kementerian Agama di Ciawi, Bogor, pada Kamis (5/12/2024).

Menurutnya, sekitar 72 persen dari lebih dari 3.000 responden survei yang pernah ia baca masih tergolong buta huruf Al-Qur’an. 

“Keterbatasan akses terhadap mushaf Al-Qur’an menjadi salah satu faktor utama tingginya angka buta huruf Al-Qur’an di Indonesia,” ujarnya.

Nasaruddin menjelaskan, kebutuhan mushaf Al-Qur’an di Indonesia mencapai enam juta kopi per tahun, sementara sebelumnya UPQ hanya mampu memproduksi sekitar 200 ribu kopi. 

Namun, dengan perluasan dan revitalisasi Gedung UPQ, kapasitas produksi diharapkan meningkat hingga dua juta kopi per tahun, yang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Baca Juga: Menag Nasaruddin Umar Resmikan Pusat Literasi Islam dan Percetakan Quran Berkelas Dunia

Selain masalah keterbatasan mushaf, rendahnya jumlah dan kesejahteraan guru mengaji juga menjadi perhatian utama. 

Berdasarkan survei, Indonesia memiliki sekitar 928 ribu guru mengaji. Dengan jumlah umat Islam mencapai 270 juta jiwa, satu guru mengaji rata-rata harus melayani lebih dari seribu murid.

“Penelitian menunjukkan bahwa dari 928 ribu guru mengaji, 40 persen di antaranya hanya mendapatkan gaji Rp100 ribu per bulan. Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup dengan penghasilan sebesar itu?” kata Nasaruddin.

Ia menginstruksikan jajarannya, termasuk UPQ dan Kementerian Agama agar tidak hanya fokus pada program pengentasan buta huruf Al-Qur’an tetapi juga memperhatikan peningkatan kesejahteraan guru mengaji. 

“Nasib guru ngaji harus menjadi perhatian bersama. Mereka adalah garda terdepan dalam mendidik generasi bangsa untuk memahami ajaran agama,” tegasnya.

Penulis :
Aditya Andreas