
Pantau - A. Kasandra Putranto, Psikolog Klinis Forensik lulusan Universitas Indonesia kepada ANTARA mengatakan bahwa kesenjangan finansial dalam rumah tangga hanyalah salah satu faktor yang berperan dalam kekerasan yang terjadi di sebuah rumah tangga.
Lebih lanjut ia menjelaskan ketika perempuan memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari suaminya, yang paling umum terjadi biasanya suami merasa insecure sehingga akhirnya berusaha untuk menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan sehingga akan mendorong terjadinya konflik. Oleh karena itu, untuk menghindari konflik dibutuhkan komunikasi dan toleransi masing-masing pihak.
Karena konflik akibat kesenjangan finansial akan semakin berkembang apabila sumber pendapatan hanya bergantung pada pendapatan istri.
Terutama jika hal ini terjadi pada sandwich generation yang terjepit harus menanggung anak dan orang tua hingga adik-adik.
Kekerasan dalam rumah tangga memang tidak hanya dipicu oleh faktor finansial saja, melainkan faktor psikologis, serta faktor sosial. Selain itu, tekanan dari keluarga dan tekanan dari masyarakat sekitar juga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.
Hal ini karena komentar dari lingkungan sekitar akan memberikan tekanan sehingga memicu konflik saat penghasilan istri lebih besar dari suami. Selain itu, konflik juga bisa meningkat menjadi sebuah kekerasan. Dan untuk mengubah perilaku tindak kekerasan tersebut dibutuhkan tekad dan niat yang kuat dari pelaku kekerasan.
Selain niat, yang kedua adalah introspeksi diri, lalu kemudian pelaku perlu melihat dan memutuskan perubahan tersebut ke arah mana. Bila perlu, perubahan dapat dilakukan dengan bantuan psikolog agar lebih termonitor.
- Penulis :
- Latisha Asharani