
Pantau - Menteri Keuangan Republik Indonesia (RI), Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa perubahan dinamika ekonomi global di bawah pemerintahan Amerika Serikat (AS) saat ini telah menyebabkan peningkatan ketidakpastian yang menghambat pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia.
"Tatanan dunia yang selama 50 tahun terakhir berlandaskan aturan multilateral kini mulai diabaikan," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sejak pemerintahan baru AS berkuasa, kebijakan unilateral dari negara ekonomi terbesar tersebut semakin mendominasi, mengubah aturan interaksi internasional.
Baca juga: Sri Mulyani Janji Efisiensi Anggaran Tak Ganggu Target Defisit APBN 2025
Kondisi global yang kurang menguntungkan ini membuat negara-negara di seluruh dunia kesulitan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada 2025 diperkirakan mencapai 5,02 persen, setelah sebelumnya diproyeksikan tumbuh 5,03 persen pada 2024.
"Saya harus menekankan bahwa menjaga pertumbuhan di atas 5 persen bukanlah hal yang mudah bagi negara mana pun, terutama di tengah gangguan global yang sangat besar," tegas Sri Mulyani.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Sri Mulyani Salahkan Kebijakan AS
Ia juga menambahkan bahwa ketidakpastian global telah memberi dampak negatif pada nilai tukar rupiah dan imbal hasil obligasi pemerintah.
Hingga 10 Maret, nilai tukar rupiah tercatat melemah menjadi 16.340 per dolar AS, dengan rata-rata nilai tukar sepanjang tahun ini sebesar 16.309 per dolar AS.
Pada akhir 2024, nilai tukar rupiah diperkirakan berada di level 16.162 per dolar AS, dengan rata-rata tahunan sebesar 15.847 per dolar AS.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa sejak Januari, dan terutama setelah pemerintahan baru AS dilantik, sejumlah kebijakan eksekutif AS telah memicu gejolak yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk dalam nilai tukar rupiah.
Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun juga mengalami fluktuasi akibat perkembangan global, mencapai 6,88 persen hingga Senin, dengan rata-rata year to date (ytd) sebesar 6,98 persen.
Baca juga: Sri Mulyani Laporkan APBN Februari 2025 Tekor Rp31,2 Triliun
- Penulis :
- Wulandari Pramesti