
Pantau - Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengaku ada sejumlah upaya pengaburan fakta dalam kasus tewasnya Brigadir J alias Nofriansyah Yoshua Hutabarat oleh para saksi yang sudah diperiksa pihaknya.
Oleh karenanya, Komnas HAM menyebutkan bahwa CCTV dan alat komunikasi seperti handphone menjadi kunci terkuaknya misteri kematian Brigadir J yang melibatkan Bharada E, Irjen Ferdy Sambo, serta Putri Candrawathi.
"Data komunikasi mereka seperti saya katakan tempo hari akan sangat kesulitan mendengarkan keterangan dari orang per orang, dia dibantu oleh CCTV yang sekarang sedang dicari, juga alat komunikasi menjadi data pendukung untuk memperjelas masalahnya," kata Taufan di Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (9/8/2022).
Ia melanjutkan, lima dari 15 handphone yang ada di Ditsiber dan Labfor Polri belum diperiksa. Sebelumnya, 10 ponsel sudah diperiksa dan ada indikasi pengaburan fakta setelah dicocoan dengan keterangan sejumlah saksi.
"Masih indikasi-indikasi hampir sama dengan yang diperiksa Inspektorat khusus (irsus) ya bahwa ada dugaan-dugaan misalnya pengaburan fakta itu kan makanya Kapolri mengambil tindakan meminta irsus memeriksa itu. Dalam pemeriksaan kami juga ada indikasi-indikasi itu," katanya.
CCTV dan handphone, kata Taufan, menjadi kunci terkuaknya kasus kematian Brigadir J. Adanya kebenaran dari keterangan saksi hanya bisa dicocokkan degan CCTV dan 15 ponsel ini.
"Ada upaya-upaya untuk pengaburan karena itu kita minta kita dorong penyidiknya timsus itu bekerja lebih maksimal, terutama menemukan CCTV itu, karena itu penting sekali," katanya.
"Selain CCTV itu apa? Jejak komunikasi yang lain, supaya tidak kemudian semata-mata mengandalkan keterangan orang per orang. Kalau keterangan orang per orang coba dilihat awal dikatakan begini, untuk pembandingnya kan sulit maka kembali ke dia, ketika dia mengubah keterangannya konstruksi peristiwa bisa berubah kan. Tapi kalau misalnya alat dukung tadi itu, bukti-bukti pendukung itu didapatkan, maka akan lebih mudah untuk mengonstruksikan peristiwanya," sambungnya.
Oleh karenanya, Komnas HAM menyebutkan bahwa CCTV dan alat komunikasi seperti handphone menjadi kunci terkuaknya misteri kematian Brigadir J yang melibatkan Bharada E, Irjen Ferdy Sambo, serta Putri Candrawathi.
"Data komunikasi mereka seperti saya katakan tempo hari akan sangat kesulitan mendengarkan keterangan dari orang per orang, dia dibantu oleh CCTV yang sekarang sedang dicari, juga alat komunikasi menjadi data pendukung untuk memperjelas masalahnya," kata Taufan di Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (9/8/2022).
Ia melanjutkan, lima dari 15 handphone yang ada di Ditsiber dan Labfor Polri belum diperiksa. Sebelumnya, 10 ponsel sudah diperiksa dan ada indikasi pengaburan fakta setelah dicocoan dengan keterangan sejumlah saksi.
"Masih indikasi-indikasi hampir sama dengan yang diperiksa Inspektorat khusus (irsus) ya bahwa ada dugaan-dugaan misalnya pengaburan fakta itu kan makanya Kapolri mengambil tindakan meminta irsus memeriksa itu. Dalam pemeriksaan kami juga ada indikasi-indikasi itu," katanya.
CCTV dan handphone, kata Taufan, menjadi kunci terkuaknya kasus kematian Brigadir J. Adanya kebenaran dari keterangan saksi hanya bisa dicocokkan degan CCTV dan 15 ponsel ini.
"Ada upaya-upaya untuk pengaburan karena itu kita minta kita dorong penyidiknya timsus itu bekerja lebih maksimal, terutama menemukan CCTV itu, karena itu penting sekali," katanya.
"Selain CCTV itu apa? Jejak komunikasi yang lain, supaya tidak kemudian semata-mata mengandalkan keterangan orang per orang. Kalau keterangan orang per orang coba dilihat awal dikatakan begini, untuk pembandingnya kan sulit maka kembali ke dia, ketika dia mengubah keterangannya konstruksi peristiwa bisa berubah kan. Tapi kalau misalnya alat dukung tadi itu, bukti-bukti pendukung itu didapatkan, maka akan lebih mudah untuk mengonstruksikan peristiwanya," sambungnya.
- Penulis :
- khaliedmalvino








