
Pantau - Hamas membebaskan tiga sandera asal Israel, yakni Iair Horn, Sagui Dekel Chen, dan Sasha (Alexander) Troufanov di Gaza pada Sabtu (15/02). Sebagai imbalan, Israel membebaskan sekitar 369 tahanan Palestina setelah negosiasi yang berhasil mencegah runtuhnya gencatan senjata yang rapuh.
Ketiga sandera tersebut terlihat di atas panggung di Khan Younis dengan militan Hamas bersenjata mengawal di kedua sisi mereka. Setelah itu, mereka diserahkan kepada pasukan Israel dan dibawa kembali ke wilayahnya.
Tak lama berselang, bus yang membawa tahanan Palestina meninggalkan Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki Israel. Bus pertama tiba di Ramallah disambut sorak sorai warga, dengan sebagian membawa bendera Palestina.
Bebas Setelah Bertahun-tahun Dipenjara
Musa Nawarwa, seorang warga Bethlehem berusia 70 tahun yang menjalani hukuman seumur hidup karena membunuh tentara Israel, mengaku tidak menyangka akan dibebaskan. "Kami tidak mengira akan bebas, tetapi Tuhan Maha Besar, Tuhan membebaskan kami," ujarnya.
Baca juga: Militer Israel Ubah Fasilitas UNRWA jadi Tempat Penahanan
Sejumlah tahanan Palestina yang dibebaskan langsung dibawa ke Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza selatan. Beberapa di antara mereka menjalani hukuman panjang akibat keterlibatan dalam serangan bom bunuh diri dan serangan lainnya yang menewaskan puluhan warga Israel selama Intifada Kedua pada tahun 2000.
Sebagian tahanan kembali ke rumah mereka, sementara yang lain, termasuk saudara Hassan Ewis, harus dideportasi ke Mesir. Ewis, yang dituduh menanam bom dan melakukan percobaan pembunuhan, mengungkapkan bahwa kondisi di penjara sangat sulit, dengan pasokan makanan yang terbatas.
Di sisi lain, beberapa sandera Israel yang dibebaskan sejak Januari 2024 mengaku mengalami penyiksaan fisik dan psikologis selama berbulan-bulan ditahan di dalam terowongan bawah tanah tanpa akses sinar matahari.
Gencatan Senjata dalam Situasi Rentan
Pertukaran sandera ini meredakan kekhawatiran bahwa kesepakatan gencatan senjata dapat berantakan sebelum tahap pertama berakhir pada hari ke-42 sejak diberlakukan pada 19 Januari 2024. Fase kedua gencatan senjata bertujuan untuk merundingkan pembebasan sisa sandera yang masih hidup dari total 251 orang yang diculik pada 7 Oktober 2023, serta menarik pasukan Israel sebelum perang benar-benar berakhir dan Gaza dapat direkonstruksi.
Baca juga: Israel Langgar Gencatan Senjata, Bombardir Dua Lokasi di Lebanon Selatan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas tekanan yang diberikan kepada Hamas, yang menurutnya berkontribusi terhadap pembebasan tiga sandera tersebut. Netanyahu juga dijadwalkan menggelar rapat kabinet untuk membahas langkah berikutnya.
Iair Horn, pria kelahiran Argentina berusia 46 tahun, ditangkap bersama adiknya, Eitan. Saat dibebaskan, ia tampak kehilangan banyak berat badan. "Sekarang kami bisa bernapas sedikit lega. Iair telah pulang setelah melalui neraka di Gaza. Kini, kami harus membawa Eitan kembali agar keluarga kami bisa benar-benar bernapas," ujar pihak keluarga dalam pernyataan resmi.
Di Tel Aviv, tempat yang dikenal sebagai "Hostage Square", masyarakat bersorak dan menangis haru setelah mendengar bahwa Palang Merah sedang mengantarkan tiga sandera tersebut ke pasukan Israel.
Dekel Chen, warga negara AS-Israel, Troufanov, warga negara Rusia-Israel, serta Horn dan saudaranya Eitan diculik dari Kibbutz Nir Oz, salah satu komunitas dekat perbatasan Gaza yang menjadi target serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Saat diserahkan di Khan Younis, para sandera diminta memberikan pernyataan singkat dalam bahasa Ibrani. Hamas bahkan memberikan Horn sebuah jam pasir dan foto seorang sandera Israel lainnya dengan tulisan "waktu hampir habis" sebagai bentuk propaganda.
Baca juga: Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Tembus 48.222 Orang
Prospek Gencatan Senjata Terancam
Sejauh ini, 19 warga Israel dan lima sandera asal Thailand telah dibebaskan, sementara 73 orang lainnya masih ditahan, sekitar setengahnya telah dinyatakan meninggal oleh otoritas Israel.
Namun, prospek gencatan senjata semakin tidak pasti setelah Donald Trump menyerukan agar warga Palestina direlokasi secara permanen dari Gaza. Ia juga mengusulkan agar wilayah tersebut diambil alih AS dan dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai. Usulan ini langsung ditolak oleh kelompok Palestina, negara-negara Arab, serta sekutu Barat Washington.
Pembebasan sandera dan tahanan ini menandai perkembangan terbaru dalam konflik yang terus memanas, dengan masa depan gencatan senjata masih dalam ketidakpastian.
- Penulis :
- Latisha Asharani
- Editor :
- Aditya Andreas