
Pantau.com - Kebiasaan para orangtua, khususnya ibu, merasa khawatir berlebih jika si anak makannya sedikit dan tidak sesuai ekspektasi yang dinginkan orangtua.
Ternyata itu adalah hak anak untuk menentukan seberapa banyak ia akan makan, karena anaklah yang mampu merasakan cukup tidaknya makanan yang masuk ke perutnya.
"Satu-satunya hak anak adalah jumlahnya, itu enggak boleh memaksakan. Kalau dipaksakan, tadi itu, (anak) enggak nyaman," ujar Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik Dr.dr.I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) dalam acara 'Ciptakan Mimpi bersama Energen' di CGV FX Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (21/2/2019).
Baca juga: Moms, Anak 'Picky Eater' Bisa Sebabkan Stunting Lho
Menurut Dr.Lanang, jika memaksakan anaknya makan melebihi kapasitas batas kenyangnya, yang terjadi adalah anak mengalami tekanan dan stres yang justru lagi-lagi tidak baik untuk pencernaannya. Perlu diingat pula kapasitas perut dan 'alarm' kenyang anak dengan orang dewasa berbeda.
"Kalau dipaksa, stres. Perutnya juga enggak akan terima makanan itu, penyerapan nutrisi juga tidak akan optimal," tuturnya. Sehingga pastikan dalam proses makan, anak merasa nyaman dan bahagia.
Baca juga: Mengurus Anak Tak Perlu Perfeksionis, Rileks Saja
Adapun yang bisa diatur orangtua, yakni tentang keteraturan waktu makan, dan asupan gizi yang seimbang agar anak tumbuh sehat dan tidak kekurangan gizi di masa mendatang.
"Caranya, dibuat jadwal makanan yang tentukan orangtua. Oleh karena itu, sejak awal orangtua itu sudah melatih wajib makan sarapan jam 7, makan siang jam 1, nanti makan malam jam 7 lagi," paparnya.
"Kemudian kalau terlalu lama, 6 jam (jarak makan), hanya dikasih selingan. Jadi, dilatih dua selingan (camilan atau selalu diisi air ke tubuh, itu tugas orangtua, dibuat sedemikian rupa. Misalnya, jam 1 dia enggak mau, jam 8 dia mau, kita jangan kasih," tutupnya.
- Penulis :
- Rifeni