
Pantau.com - Selain menyisakan kekecewaan, pemilu juga sering menuai konflik dan perselisihan termasuk dalam kehidupan bertetangga yang beda pilihan. Lalu, bagaimana cara berbaikan usai pemilu?
Sosiolog sekaligus Dosen Universitas Indonesi Daisy Indira Yasmine, M.Si kepada Pantau.com memberikan lima kiat agar hubungan dengan tetangga kembali harmonis usai pemilu.
1. Ingatkan aspirasi adalah hak
Daisy mengatakan, perbedaan pandangan politik adalah hal wajar. Karenanya, dalam bertetangga perlu diingat pula bahwa aspirasi adalah hak. Sehingga, sudah seharusnya dijalani dengan pandangan yang wajar.
"Cuma biasanya itu kemarin cara menyalurkannya, jangan 'lebay', kampanye negatif. Kita juga masih belajar banyak dalam kehidupan politik, kita jangan sampai kampanye hitam atau hoax," ujar Daisy saat dihubungi Pantau.com, Rabu, 16 April 2019.
2. Peran RT dan RW
Menurut Daisy, dalam pemilu RT dan RW harus bertindak sebagai pengayom warga dan pemangku wilayah, bukan lagi sebagai warga negara. Karenanya, ia harus paham betul keadaan warga.
Baca juga: Keluarga Sempat Retak Karena 'Beda' di Pemilu? Ini 5 Cara Mengatasinya
"Enggak menutup kemungkinan RT dan RW-nya terlihat (cenderung memilih) paslon yang mana. Artinya, sebagai RT dan RW, siapapun yang menang harus menjalankan perannya," tutur Daisy.
3. Adakan acara silahturahmi
RT dan RW bisa kembali mengaktifkan acara rutin dengan melibatkan setiap warga. Acara tersebut harus membuat warga saling berdiskusi dan berinteraksi.
"Yang fun ya, apakah senam bareng, atau memang bagus ada rutinitas acara sepertri itu. Kalau ada masalah yang renggang, bisa dipersatukan lagi kalau ada kegiatan-kegiatan seperti itu," tuturnya.
4. Diskusi dalam acara
Dalam acara, sedikit banyak harus diserapkan nilai-nilai persatuan. Bisa dengan berdiskusi, atau ketua RW dan RT yang menjadi pembicara atau mengundang sosok yang banyak didengar banyak orang.
Baca juga: Kecewa Karena Jagoannya Kalah di Pemilu? Tenang, Ini Saran Psikolog
"Disampaikan RT-RW tersebut, di dalam komunitas tidak baik pecah belah, harus saling memaafkan. Toh ini juga menyambut bulan ramadhan, momennya banyak sebenarnya," tuturnya.
5. Berpikir rasional
Ini berlaku saat tiba-tiba ada warga yang pindah karena konflik, namun pemilu dijadikan alasan. Padahal bisa jadi sudah ada masalah pemicu sebelumnya, dan pemilu hanya sebagai topeng.
"Pemilu ini jadi topeng doang, instrumen jadi pemicu memperkuat kerenganggan. Padahal akarnya sudah ada, bibitnya sudah ada. Jadi kita harus rasional, jangan sampai semua disalahinnya pemilu," tutupnya.
- Penulis :
- Rifeni