
Pantau - Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin meminta Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI memperkuat kurikulum pendidikan perang hibrida dan pertahanan siber, karena selama ini masih lebih fokus pada strategi perang konvensional.
Fokus Kurikulum Sesko TNI
Nurul menilai Sesko TNI telah melahirkan perwira tinggi yang unggul dengan kurikulum komprehensif, namun materi yang diajarkan masih terbatas pada pola peperangan militer klasik.
"Kalau kita tidak peduli dengan perubahan, perubahan itu akan meninggalkan kita," ucap Nurul di kompleks parlemen, Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa perang hibrida bukan sekadar konflik konvensional antarnegara, melainkan juga melibatkan aktor non-politik seperti masyarakat dan isu non-politis, misalnya ekonomi serta lingkungan.
Urgensi Pertahanan Siber dan Diplomasi
Menurutnya, pergeseran perang modern sudah merambah ke ranah teknologi, di mana serangan tidak hanya menggunakan senjata tetapi juga melibatkan instrumen siber.
"Pertahanan siber ini sekarang menjadi kekuatan baru," katanya.
Nurul menambahkan bahwa perwira TNI juga harus dibekali wawasan global dan kemampuan diplomasi untuk menghadapi dinamika geopolitik, baik konflik di kawasan regional maupun di tingkat dunia.
Indonesia dengan penduduk muslim terbesar dan sistem demokrasi yang kuat, dinilainya memiliki modal besar untuk diperhitungkan dalam percaturan global.
"Keberadaan perwira TNI juga harus menjadi diplomasi dalam tatanan dunia internasional," ujarnya.
- Penulis :
- Shila Glorya