
Pantau.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengakui istri terduga teroris Surabaya yang ditembak mati Tim Densus 88, Budi Satrijo, adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) Kementerian Agama Kanwil Jawa Timur.
"Ya informasi yang kami dapatkan dari Kanwil Jawa Timur, sejumlah aparat Inspektorat Jenderal yang kami terjunkan ke sana, memang betul terkonfirmasi," kata Lukman usai mengikuti Rapat Terbatas terkait pembahasan kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) 2018 di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Ia membenarkan bahwa PNS tersebut merupakan istri terduga teroris yang tinggal di di RT 13 RW 05 Perumahan Puri Maharani, Masangan Wetan, Sukodono, Sidoarjo, ini merupakan ASN di Kemenag Jawa Timur.
"Ini pelajaran bagi kami untuk lebih ketat, lebih meningkatkan kewaspadaan bahwa seluruh ASN dan keluarganya tentu harus sesuai dengan sumpah dan janji ketika dilantik dan mentaati UU ASN," katanya.
Baca juga: Begini Kondisi AIS, Anak Pelaku Bom Polrestabes Surabaya
Lukman juga menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan sanksi keseluruhan ASN Kemenag yang jelas-jelas telah terbukti melanggar hukum, melanggar sumpahnya, dan melanggar seluruh regulasi yang ada.
Menag mengakui bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan komunikasi terus dengan penegak hukum terkait masalah ini.
Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri telah melakukan 13 penindakan terhadap teroris di wilayah Surabaya dan Sidoarjo pada Senin, 14 Mei 2018.
Baca juga: Kutuk Keras Aksi Teror Bom di Surabaya, Wapres: Saya Yakin Balasannya Neraka!
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin, mengatakan 13 penindakan antisipatif itu untuk melawan teroris.
"Kita melakukan penindakan pada Senin dini hari pukul 02.30 sampai 16.45 WIB. Ada 13 orang ditindak yang akan melakukan teror," katanya.
Barung mengatakan dalam penindakan itu, empat orang teroris tewas karena ditembak mati pihak Densus 88 Mabes Polri.
"Empat di wilayah Sidoarjo, termasuk Anton yang semalam. Sembilan tersebar di Sidoarjo dan Surabaya. Total ada 13 orang, sembilan hidup dan empat mati," katanya.
- Penulis :
- Dera Endah Nirani