
Pantau - Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar Nurul Arifin membujuk Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto agar tidak terlalu keras meminta sistem pemilu menjadi sistem tertutup.
Momen Nurul 'merayu' Hasto itu terjadi saat rilis survei indikator politik yang digelar virtual. Keduanya hadir sebagai narasumber.
Anggota Komisi I DPR itu mulanya menyoroti elektabilitas PDIP yang terus berada di posisi teratas. Nurul lantas menilai karena itu lah PDIP kukuh ingin mengubah sistem pemilu dari coblos caleg atau Pemilu terbuka jadi coblos partai atau pemilu tertutup.
"Tentang parpol itu ya kan memang selamat Pak Hasto sebagai Sekjen selalu berhasil membuat PDIP naik dan berada di ranking pertama terus ya. Karena itulah saya memahami betul kenapa Pak Hasto itu ingin sekali menerapkan sistem tertutup," kata Nurul, Rabu (4/1/2023).
Nurul menegaskan parpolnya tetap menyetujui sistem proporsional terbuka atau coblos caleg. Dia menilai sistem tersebut demi mengedepankan suara rakyat.
"Kami tetap melihat sistem terbuka itu tetap menjadi lebih mewakili suara rakyat. Jadi, partai politik tidak kemudian menjadi ego di situ," ujarnya.
Menurut Nurul, sistem coblos partai tidak menjamin tidak adanya oligarki atau membuat sistem pemilu menjadi lebih baik. Dia mengajak semua pihak kerja sama mempertahankan sistem pemilu terbuka.
"Kami tidak percaya di situ tidak ada oligarki, itu nonsense. Kami tidak percaya itu mengurangi korupsi, kami tidak percaya degan sistem tertutup kemudian semuanya akan lebih baik. Sekarang saya mengajak, ayo dong lembaga survei ini bergerak juga, jangan diam-diam aja, begitu. Masa kita 8 fraksi kalah sama 1 fraksi," tuturnya.
Nurul lantas membujuk Hasto tak terlalu keras soal sistem pemilu. PDIP menjadi satu-satunya fraksi yang menginginkan sistem proporsional tertutup.
"Ayo, Pak Hasto, jangan terlalu keras, gitu. Kita harus mengusung suara rakyat lah, berikan rakyat itu pembelajaran politik dengan cara mereka memilih siapa orang-orang yang mereka percaya," pungkasnya.
Momen Nurul 'merayu' Hasto itu terjadi saat rilis survei indikator politik yang digelar virtual. Keduanya hadir sebagai narasumber.
Anggota Komisi I DPR itu mulanya menyoroti elektabilitas PDIP yang terus berada di posisi teratas. Nurul lantas menilai karena itu lah PDIP kukuh ingin mengubah sistem pemilu dari coblos caleg atau Pemilu terbuka jadi coblos partai atau pemilu tertutup.
"Tentang parpol itu ya kan memang selamat Pak Hasto sebagai Sekjen selalu berhasil membuat PDIP naik dan berada di ranking pertama terus ya. Karena itulah saya memahami betul kenapa Pak Hasto itu ingin sekali menerapkan sistem tertutup," kata Nurul, Rabu (4/1/2023).
Nurul menegaskan parpolnya tetap menyetujui sistem proporsional terbuka atau coblos caleg. Dia menilai sistem tersebut demi mengedepankan suara rakyat.
"Kami tetap melihat sistem terbuka itu tetap menjadi lebih mewakili suara rakyat. Jadi, partai politik tidak kemudian menjadi ego di situ," ujarnya.
Menurut Nurul, sistem coblos partai tidak menjamin tidak adanya oligarki atau membuat sistem pemilu menjadi lebih baik. Dia mengajak semua pihak kerja sama mempertahankan sistem pemilu terbuka.
"Kami tidak percaya di situ tidak ada oligarki, itu nonsense. Kami tidak percaya itu mengurangi korupsi, kami tidak percaya degan sistem tertutup kemudian semuanya akan lebih baik. Sekarang saya mengajak, ayo dong lembaga survei ini bergerak juga, jangan diam-diam aja, begitu. Masa kita 8 fraksi kalah sama 1 fraksi," tuturnya.
Nurul lantas membujuk Hasto tak terlalu keras soal sistem pemilu. PDIP menjadi satu-satunya fraksi yang menginginkan sistem proporsional tertutup.
"Ayo, Pak Hasto, jangan terlalu keras, gitu. Kita harus mengusung suara rakyat lah, berikan rakyat itu pembelajaran politik dengan cara mereka memilih siapa orang-orang yang mereka percaya," pungkasnya.
- Penulis :
- Fadly Zikry










