
Pantau.com - Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Onny Wijanarko mengatakan, inovasi teknologi keuangan yang hadir menimbulkan pasar baru dalam bisnis konvensional.
"Potensi distruptive pada bisnis konvensional lapangan kerja dan memperlebar income inequality. Anak zaman sekarang grow rich before grow old sekarang muda-muda sudah kaya karena digital, bikin startup (lalu) investastor masuk," ujarnya saat pemaparan dalam seminar "Perkuat Sistem Pembayaran Non Tunai" di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (23/4/2018).
Baca juga: Ini Kata Bank Indonesia Soal Menjamurnya Fintech
Selain itu, tantangan lainnya adalah kemunculan aktivitas keuangan di luar aturan yang ada. "Potensi migrasi aktivitas keuangan di luar regulasi shadow banking meningkat, seperti cryptocurrency," ungkapnya.
Selain itu, isu keamanan juga menjadi tantangan tersendiri dalam perkembangan inovasi teknologi keuangan yang ada di Indonesia.
"Meningkatnya isu perlindungan konsumen dan resiko cyber, kayak skimming beberapa waktu lalu. Lalu Facebook (yang) datanya dicuri," ungkapnya.
Baca juga: Berniat Jadi Pengusaha Fintech? Yuk Perhatikan Poin-poin Ini
Tumbuhnya instrumen seperti cryptocurenccy juga dinilainya rawan pencucian uang, CFT, kriminal, dan spekulatif potensi menganggu stabilitas sistem stabilitas keuangan. "Ini di dunia bilang berpotensi mengganggu tapi jumlahnya masih kecil, tapi ini bahaya," ungkapnya.
Tantangan lainnya yakni isu lintas batas. Transaksi yang dilakukan melalui digital tak terbatas ruang dan waktu sehingga memungkinkan transaksi lintas negara semakin mudah.
"Isu Cross Border transaction yang meningkat karena teknologi WeChat bisa masuk di Bali dan sebagainya," pungkasnya.
- Penulis :
- Widji Ananta