Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Trump Usul Bangun Iron Dome, Apa Dampaknya bagi AS?

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Trump Usul Bangun Iron Dome, Apa Dampaknya bagi AS?
Foto: Presiden Donald Trump menyampaikan pidato di Konferensi Isu Republik 2025 di Trump National Doral Miami, Florida, Senin (27/1/2025). (Getty Images

Pantau - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan menandatangani perintah eksekutif yang menyerukan pembangunan program pertahanan rudal "Iron Dome".

Baca juga: Resmi Menjabat, Ini 12 Kebijakan Awal yang Diteken Donald Trump

Pada Senin (27/1/2025), Trump berbicara di sebuah acara retret untuk anggota parlemen Republik di resor golfnya di Florida Selatan, Trump National Doral Miami. Di sana, ia berjanji untuk memperkuat aset militer AS dengan tindakan eksekutif pada malam harinya.

"Kita harus memiliki pertahanan yang kuat, sangat kuat. Dan sebentar lagi, saya akan menandatangani empat perintah eksekutif baru," ujar Trump.

Yang pertama, jelasnya, adalah untuk "segera memulai pembangunan perisai pertahanan rudal Iron Dome canggih, yang akan mampu melindungi warga AS." Dua perintah lainnya, tambahnya, akan ditujukan untuk menghapus inisiatif keragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) dan mengeluarkan "ideologi transgender dari militer kita."

Perintah keempat juga akan mengembalikan anggota layanan yang diberhentikan karena menolak mematuhi mandat selama pandemi COVID-19. Sekitar 8.000 anggota telah diberhentikan karena alasan itu antara Agustus 2021 hingga Januari 2023.

Trump memaparkan tindakan-tindakan tersebut sebagai hal yang diperlukan untuk memastikan AS memiliki "kekuatan tempur paling mematikan di dunia".

Banjir Perintah Eksekutif

Pengumuman tersebut menandai riak lain dalam tsunami tindakan eksekutif yang telah dilakukan Trump sejak kembali ke Gedung Putih sejak Senin (20/1/2025).

Baca juga: Trump Batalin Pembatasan Kebebasan Berbicara Era Biden

Menurut para pejabat, Trump menandatangani rekor jumlah tindakan eksekutif pada hari pertama menjabat, dengan total 42 perintah eksekutif, memorandum, dan proklamasi. Banyak dari perintah awal tersebut berkaitan dengan imigrasi dan masalah sosial.

Misalnya, ia membuat langkah untuk mengakhiri kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, hak yang dilindungi secara konstitusional yang memberikan kewarganegaraan kepada siapa pun yang lahir di AS. Namun, beberapa perintah eksekutif awalnya tumpang tindih dengan yang diumumkan kemarin.

Dia menyerukan penghentian program DEI pemerintah, yang dia tuduh melakukan "diskriminasi ilegal dan tidak bermoral". Dia juga menandatangani perintah lain yang menyatakan identitas gender pria dan wanita "tidak dapat diubah".

Namun, gelombang perintah terbaru ini berkaitan langsung dengan susunan militer AS dan prioritas strategisnya.

Perintah lain, misalnya, menggemakan "larangan militer transgender" yang diupayakan Trump pada 2017, selama masa jabatan pertamanya di kantor kepresidenan AS. Larangan itu lalu dibatalkan Joe Biden pada 2021.

Diperkirakan 8.000 anggota layanan adalah transgender---meskipun lebih banyak yang mungkin takut untuk mengidentifikasi diri mereka secara publik. Perintah eksekutif yang diluncurkan Trump juga bertepatan dengan hari pertama Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Pete Hegseth di Pentagon.

Baca juga: Trump Penuhi Janji Deportasi, 538 Ditangkap dan Ratusan Dipulangkan

Hegseth, seorang veteran dan mantan pembawa acara Fox News, sebelumnya telah mengecam apa yang dia gambarkan sebagai ideologi "woke" yang menguasai militer dan mempertanyakan apakah perempuan harus bertugas dalam peran tempur.

Sebagai Kepala Pentagon, Hegseth telah berjanji untuk mengawasi perombakan besar-besaran kepemimpinan militer dan mengembalikan "budaya pejuang" di angkatan bersenjata.

Hegseth mengatasi tuduhan pelecehan seksual dan alkoholisme untuk dikukuhkan jabatannya oleh 50 senator Republik pada Jumat (31/1/2025). Tiga anggota Republik, termasuk mantan pemimpin partai Senat Mitch McConnell, menentang pencalonannya.

Membangun 'Iron Dome'

Perintah eksekutif Trump untuk membangun "Iron Dome" memenuhi janji yang dibuat oleh pemimpin Republik itu di jalur kampanye. Iron Dome mengacu pada sistem pertahanan udara yang didanai AS di Israel, mendeteksi dan mencegat masuknya roket.

Trump telah berulang kali menggambarkan keinginannya untuk mengungguli sistem Iron Dome Israel dalam kampanyenya untuk terpilih kembali pada tahun 2024. Dalam siaran Agustus 2024 di platform akun X-nya, Trump memberi tahu miliarder Elon Musk soal rencananya untuk membangun "Iron Dome terbaik di dunia".

Pada Juli 2024, dia menambahkan proposal Iron Dome ke platform resmi Partai Republik. Namun, para ahli militer telah berulang kali mempertanyakan apakah sistem seperti itu diperlukan, atau bahkan layak untuk AS.

Baca juga: Trump Cuekin Kritik Elon Musk soal Proyek AI Senilai US$500 Miliar

Sistem yang digunakan di Israel kini hanya melindungi dari roket dan mortir berdaya rendah. Israel diketahui hanya seukuran New Jersey, salah satu negara bagian terkecil di AS.

Para ahli mengatakan, menciptakan sistem serupa di seluruh daratan AS yang luas akan sangat mahal, belum lagi mungkin tidak efektif, mengingat daya tembak canggih dari musuh potensial seperti Rusia dan China.

Para pengamat juga menunjukkan, AS sudah memiliki program pertahanan rudal, termasuk sistem Ground-Based Midcourse Defense dan program Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).

Masa depan proyek Iron Dome Trump juga tidak jelas, karena hampir pasti akan membutuhkan pendanaan yang disetujui oleh Kongres.

"Anda tahu, kita melindungi negara lain, tetapi kita tidak melindungi diri kita sendiri," ujar Trump dalam pidatonya, Senin (27/1/2025).

"Sekarang kita memiliki teknologi yang fenomenal. Anda melihatnya dengan Israel di mana, dari 319 roket, mereka menjatuhkan hampir semuanya. Jadi saya pikir Amerika Serikat berhak untuk itu," imbuhnya.

Sumber: Al Jazeera

Penulis :
Khalied Malvino