
Pantau - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan Moskow ingin berkontribusi dalam upaya memperbaiki situasi di Suriah.
Baca juga: Putin Siap Ngobrol Bareng Trump, Apa Dampaknya bagi Perang Rusia-Ukraina?
Rusia juga terus menjalin komunikasi dengan pemerintahan baru Suriah dan tak akan hengkang dari Timur Tengah. Dalam konferensi pers, Selasa (14/1/2025), Lavrov blak-blakan soal situasi Suriah.
"Peristiwa di Suriah banyak terjadi karena kelambanan otoritas dalam beberapa tahun terakhir," ungkapnya.
"Ada kejadian di Suriah yang sudah dikomentari Presiden Rusia dan pejabat lainnya. Hal ini terjadi karena dekade terakhir diwarnai melambatnya proses politik. Mungkin ada keengganan untuk melakukan perubahan," tambahnya.
Baca juga: Pemimpin Suriah Undang Delegasi Ukraina ke Damaskus, Bahas Apa?
Lavrov juga menyoroti peran Komite Konstitusi Suriah yang dibentuk atas inisiatif Rusia.
"Kami sudah mendorong pimpinan Suriah dengan segala cara agar Komite Konstitusi melanjutkan kerjanya," tegasnya.
Namun, ia menyayangkan sikap Damaskus yang tidak antusias menghidupkan kembali komite tersebut dan enggan berbagi kekuasaan dengan oposisi non-teroris.
Baca juga: Putin: Jatuhnya Assad Bukan Kekalahan bagi Rusia
Lebih lanjut, Lavrov menuding Amerika Serikat (AS) menduduki wilayah timur Suriah yang kaya akan minyak.
"Sumber daya di sana digunakan untuk mendukung kelompok separatis di timur laut Suriah," tuturnya.
Rusia ternyata juga sempat mengajak kelompok Kurdi di Suriah untuk membangun komunikasi dengan Damaskus di era pemerintahan sebelumnya. Tapi ajakan itu ditolak.
Baca juga: Rusia Tegaskan Rakyat Suriah Harus Tentukan Masa Depannya Sendiri
"Mereka bilang Amerika akan mendukung mereka membentuk negara sendiri. Padahal, kami sudah jelaskan bahwa Turki dan Irak tidak akan membiarkan negara Kurdi berdiri," jelas Lavrov.
Rusia mengaku berpihak pada dialog dan perlindungan hak-hak Kurdi di Suriah, Irak, Iran, dan Turki. Namun, baik Damaskus maupun Kurdi sama-sama enggan berunding.
Lavrov menegaskan, Rusia akan terus menjalin kontak dengan pemerintahan baru Suriah dan melanjutkan aktivitas Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Damaskus.
Sumber: Middle East Monitor
- Penulis :
- Khalied Malvino