
Pantau - Dalam era digital yang semakin berkembang, konten video pendek menjadi salah satu yang sering digandrungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan, terutama generasi muda. Platform seperti TikTok, Instagram Reels dan YouTube shorts menjadi salah satu yang sering digunakan.
Video berdurasi singkat ini menawarkan hiburan yang cepat dan mudah diakses. Namun, ternyata ada dampak negatif yang berpengaruh kepada kemampuan kognitif dan daya interaktif dalam bersosial bagi Individu.
Fungsi kognitif (daya pengetahuan) otak dapat memberikan pengaruh dalam kemampuan memberikan atensi (perhatian). Menurut penelitian bidang psikologi kognitif, semakin sering seseorang terbiasa mengonsumsi konten cepat seperti video pendek, semakin sulit bagi mereka untuk mempertahankan fokus dalam jangka waktu yang lama.
Hal tersebut disebabkan karena otak mulai terbiasa menerima stimulasi cepat dan instan, sehingga kehilangan kesabaran atau kesulitan untuk memproses informasi yang lebih kompleks, maka tidak heran banyak yang mudah terpengaruh dengan berita hoax.
Baca juga: Studi: Bekerja di Malam Hari Bisa Tingkatkan Kognitif
Selain itu video pendek dapat mempengaruhi memori individu, setiap kali menonton video, otak kita akan membentuk ingatan. Namun, karena durasi yang singkat dan banyaknya informasi yang diterima dalam waktu singkat, memori yang terbentuk lebih cepat menghilang dan sulit diingat. Ini dapat berdampak pada pemrosesan informasi yang lebih mendalam, karena otak sulit mempertahankan informasi dalam jangka panjang.
Dampak Terhadap Daya Interaktif
Menonton video dengan durasi singkat berdampak pada interaksi sosial seseorang secara langsung. Sehinga pada saat menonton video dalam waktu lama dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih pasif dalam menerima informasi, berbeda jika dilakukan percakapan atau diskusi secara face to face. Ini yang kemudian menyebabkan pada berkurangnya kemampuan berkomunikasi sosial seseorang.
Menurut teori "hypothesis of social displacement", orang berlebihan menggunakan media sosial, terutama media yang sifatnya konsumtif seperti video pendek, akan menyebabkan berkurangnya kualitas hubungan sosial seseorang.
Di sisi lain, penelitian dari perspektif "media multitasking" menunjukkan bahwa konsumsi media secara terus-menerus dan bergantian (seperti menggulir video satu demi satu) dapat berpengaruh pada kualitas interaksi seseorang dengan orang lain. Individu yang terbiasa dengan konten cepat lebih mungkin kehilangan minat atau perhatian ketika berinteraksi dengan orang secara langsung, sehingga interaksi menjadi kurang berkualitas.
Penjelasan Psikologi dari Penelitian yang Relevan
Dari perspektif psikologi, efek-efek ini dapat dijelaskan melalui teori "Neuroplasticity" atau plastisitas otak, yaitu kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi berdasarkan pengalaman dan kebiasaan. Menonton video pendek berulang kali bisa memicu terbentuknya pola tertentu di otak, yang lebih memilih rangsangan cepat dan instan. Dalam jangka panjang, ini menyebabkan otak terbiasa untuk fokus pada hal-hal yang dangkal, sehingga mengurangi kapasitas untuk berkonsentrasi pada aktivitas yang memerlukan pemikiran mendalam.
Studi lain dalam jurnal "Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking" menemukan bahwa penggunaan media sosial yang intens, terutama yang melibatkan konsumsi video pendek, berkaitan dengan rendahnya kemampuan untuk mengendalikan dorongan impulsif dan menahan distraksi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya stimulasi dopamin saat menonton konten singkat yang terus diperbarui, sehingga otak lebih mudah terpikat dan sulit beralih pada tugas-tugas yang lebih membosankan atau membutuhkan fokus jangka panjang.
Baca juga: Quality Time dengan Anak ternyata Penting, Pengaruhi Perkembangan Kognitif Maupun Psikologis Anak
Kesimpulan
Meskipun video pendek menawarkan hiburan instan dan kepuasan yang cepat, efek jangka panjangnya terhadap kemampuan kognitif dan interaksi sosial perlu dipertimbangkan. Menggunakan waktu secara bijak dan seimbang antara menonton video pendek dan melakukan aktivitas produktif lain dapat membantu menjaga kesehatan kognitif dan sosial kita.
Laporan: Bayu Aji Pamungkas
- Penulis :
- Latisha Asharani